Hukum Dasar Perkembangan
Kewajiban Manusia
Manusia setiap saat mengalamin perkembangan atau perubahan.
Perkembangan tersebut menuju ke arah kemajuan. Perkembangan manusia tidak hanya
berkembang dalam jasmaninya atau badannya saja, tetapi juga pada rohani atau
jiwanya.
Proses pertumbuhan atau perkembangan
manusi terjadi dan berlangsung secara teratur dan terarah menuju kedewasaan.
Setiap perkembangan ditandai dengan suatu peningkatan kemampuan yang secara
terus-menerus akan bertambah sungkar atau kompleks. Tugas-tugas tertentu yang
harus dilaksanakan oleh anak dalam periode perkembangan tertentu disebut
“developmental tasks”.
Tujuan dari perubahan-perubahan yang
selalu terjadi dalam manusia agar dapat menyesuaikan dengan lingkunganya.
Lingkungan manusia terdiri dari :
1.
Lingkungan
fisik
Seperti benda cair, benda padat, benda gas, situasi
ekonomi, kepercayaan, ideologi, dll.
2.
Lingkungan
sosial
Yaitu semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak,
yakni orang yang bergaul dengan anak, dan bekerja sama dengan anak.
Dalam perkembangannya antara anak yang
satu dengan yang lainnya mempunyai sifat yang berbeda, tetapi memiliki sifat
khusus atau khas yang tidak dimiliki orang lain. Keunikan atau kekhasan anak
atau manusia itu terbentuk oleh 3 faktor: keturunan (heredity), lingkungan (environtment) dan
diri (self)
a.
Keturunan
Keturunan secara tidak langsung atau secara langsung akan
mempengaruhi terhadap manusia yang diturunkan. Para ahli ilmu jiwa mempunyai
pendapat tentang hereditas antara lain HC. Witherington mengatakan bahwa
hereditas adalah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari suatu
generasi ke generasi lain dengan perantara plasma benih. Sedangkan pendapat
Adler mengatakan bahwa pengaruh lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan
pribadi atau gaya hidup individu.
b.
Lingkungan
Mempengaruhi pembentukan pribadi manusia. Lingkungan yang
dihadapi anak dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Lingkungan
dalam, yaitu cairan-cairan yang meresap kedalam tubuh manusia yang berasal dari
makanan dan minuman yang dapat menimbulkan cairan pada jaringan tubuh sehingga
memungkinkan individu merasa lapar, haus, sakit, dll.
2.
Lingkungan
fisik, yaitu lingkungan alam disekitar anak yakni tumbuh-tumbuhan, hewan,
keadaan tanah, dll.
3.
Lingkungan
budaya, yaitu lingkungan yang berwujud bahasa, ilmu pengetahuan, karya seni,
adat-istiadat,dll.
4.
Lingkungan
sosial, meliputi bentuk hubungan, sikap atau tingkah laku antar manusia.
5.
Lingkungan
spiritual, yaitu lingkungan yang berupa agama, keyakinan masyarakat
disekitarnya, dan ide-ide yang muncul dalam masyarakat.
3.
Faktor
diri (self)
Yaitu kehidupan kejiwaan seseorang yang terdiri dari
perasaan, usaha, pikiran, pandangan, penilaian, keyakinan, sikap, dan anggapan
yang semuanya itu akan berpengaruh dalam membuat keputusan dalam tindakan
sehari-hari. Apabila
dapat dipahami diri seseorang akan dapat membantu kita untuk memahami apa yang
menjadi tujuan orang itu dibalik perbuatan yang dilakukannya.
Setiap anak memiliki
index kecerdasan yang berbeda-beda. Indeks kecerdasan atau IQ diperoleh dari
membagi usia kecerdasan dengan usia kalender, maupun usia kronologi yang dapat
dinyatakan dalam satuan bulan. Indeks kecerdasan diklasifikasikan sebagai
berikut :
IQ.
140-keatas genius
IQ.
130-139 sangat
pandai
IQ.
12O-129 pandai
IQ.
110-119 di
atas normal
IQ.
90-109 normal/sedang
IQ.
80-89 di
bawah normal
IQ.70-79 bodoh
IQ.
50-69 feeble
mendet=moron
IQ.
49 ke bawah imbicil=idiot
Dari
IQ 50-69 dan 49 kebawah dapat digolongkan dalam kaitannya dengan pendidikan
sebagai berikut :
1.
Educable and trainable (mampu didik dan di latih)
Yakni
anak yang tergolong moron, dan mereka akan mengalami kelambanan dalam belajar
di sekolahan umum.
2.
Trainable but unedecable (dapat
di latih tetapi tidak dapat di didik)
Yaitu
anak yang memiliki IQ dibawah 49. Alaupun dilatih dengan praktis mereka masih
mengalami hambatan di karenakan keadaan mental.
3.
Unedecable and untrainable
(tidak mampu di didik an di latih )
Yakni
anak yang tergolong idiot, mereka susah untuk mengontrol gerak
.
Lembaga yang menangani anak dengan
intelegensi rendah adalah SLB bagian C (tunagtahita). Lembaga atau sekolah yang
menangani anak luar biasa sebagai berikut :
a.
SLB A (tunanetra)
b.
SLB B (tunarungu)
c.
SLB C (tunagrahita)
d.
SLB D (tunadaksa)
e.
SLB E (tunalaras)
Anak-anak yang ber-IQ tinggi/supernormal pada umumnya
memiliki kondisi fisik yang lebih di banding anak normal. Tiap tahap
pertumbuhan memiliki ciri-ciri tertentu, jadi strategi pendidikan antara siswa
TK, SD, SMP, SMA, dan TP berbeda.
·
Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan
anak TK
-
Kemampuan melayani kebutuhan
fisik secara sederhana sudah berubah.
-
Mulai mengenal kehidupan sosial
dan bekerjasama dengan orang lain.
-
Memerlukan kasih sayang,
perlindungan dan bergantung pda orang lain.
-
Belum dapat membedakan mana
yang nyata dan khayal.
-
Memecahkan masalah berdasar
hal-hal yang konkrit.
-
Menyesuaikan diri dengan
kekuatan, kesehatan fisik, dan kekreativitas
·
Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan
anak SD
-
Pertumbuhan fisik dan motorik
maju pesat.
-
Mempunyai kemampuan dalam
bekerjasama dan bersaing dalam kelompok sosial sebayanya.
-
Tumbuhnya minat dan keinginan
pada diri sendiri.
-
Kemampuan berfikir masih dalam
tingkat persepsional.
-
Memahami hubungan sebab akibat.
-
Ketergantungan kepada orang
lain mulai berkurang
·
Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan
anak SMP dan SMA
-
Memahami hal-hal yang bersifat
abstrak
-
Bertambah kemampuan dalam
komunikasi.
-
Munculnya minat untuk memahami
siri sendiri dan orang lain.
-
Mampu membuat keputusan sendiri
-
Mengerti konsep moral dan nilai
-
Tumbuh kemampuan sosial,
meliputi kemampuan memberi, menerima, dan pertisipasi dalam masyarakat.
·
Ciri-ciri pertumbuhan kejiwaan
orang dewasa
-
Memiliki kemantapan emosi
-
Kemantapan menyesuaikan diri
dengan lingkungan
-
Mengerti hak dan kewajiban
kelompok.
-
Menyadari kekurangan diri dan
berusaha menyempurnakan diri
-
Mampu menghayati dan
mengamalkan nilai dan sosial.
-
Mampu mengaitkan pengetahuan
yang dahulu dan sekarang.
-
Mampu menyesuaikan reaksi emosi
dengan kejadian yang dialami.
-
Dorongan mengeksploitasi lingkungan
fisik, contohnya sering bertanya pada orang sekitar
B.
Proses Pendidikan Autoaktivitas
1.
Motivasi : berfungsi dalam
proses pendidikan untuk membangkitkan dorongan
atau semangat dalam melakukan aktivitas pendidikan.
2.
Motivasi internal : motivasi
yang ada dalam diri anak didik, tetapi tidak sering dimiliki anak secara
otomatis.
3.
Motivasi eksternal :perlunya
menimbulkan motivasi jenis lain dapa diri anak didik, seperti motivasi
internal, agar anak didik dapat aktif mengikutu kegiatan pendidikan. Contoh :
motivasi yang mendorong seseorang untuk masuk perguruan tinggi itu
bermacam-macam, misal :
a.
Menambah ilmu pengetahuan.
b.
Untuk mendapatkan kedudukan
yang tinggi.
c.
Untuk mengisi waktu luang, dll.
Ada
2 aspek untuk menilai dan melihat besarnya tingkatan motivasi seseorang, yakni
:
1.
Seberapa besar tenaga yang
dimurahkan dan digunakan untuk mencapai tujuan.
2.
Seberapa besar gigihnya usaha
untuk mencapai tujuan itu meskipun banyak sekali hambatan dan rintangan,